Gerakan Berkebun Ramah Lingkungan Berskala Rumahan untuk Meningkatkan Produktivitas di Masa Pandemi Covid-19
Dunia saat ini tengah
dilanda sebuah pandemi Covid-19. Virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19
disinyalir berasal dari negara Cina, tepatnya di kota Wuhan yang bertempat di
pasar yang memperjualbelikan hewan-hewan liar. Virus ini memiliki tingkat
penyebaran yang tinggi sehingga disebut
sebagai pandemi. Hanya dalam waktu beberapa bulan, virus ini telah tersebar ke berbagai
belahan dunia. Dilansir dari tirto.id, Friana (2020) WHO menetapkan penyakit
Covid-19 ini sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020 dan selang beberapa
hari setelah penetapannya, Indonesia kemudian mengumumkan kasus penderita
penyakit Covid-19.
Penyakit yang dinamai Coronavirus Disease (Covid) 19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Systemic Acute Respiratory Syndrome
(SARS) Coronavirus-2 (SARS COV2).
Virus yang terdeteksi pertama kali di Wuhan, yaitu di pasar seafood Hunan, mengakibatkan 50 kasus
infeksi pernafasan (pneumonia). Hal ini salah satunya disebabkan karena
penyakit ini dapat dibawa oleh hewan-hewan yang dijual di pasar tersebut
seperti kelelawar, anjing, ular, dan lain sebagainya. Namun, ternyata banyak
ditemukan kasus seseorang yang tidak makan makanan dari Pasar Hunan di Wuhan
terinfeksi virus ini. Saat itulah disimpulkan bahwa virus ini dapat menyebar
ketika manusia saling melakukan kontak (komunikasi) satu sama lain (Shereen
dkk, 2020).
Virus ini dapat tertular
antar manusia sehingga mengakibatkan kontak dengan penderita harus dibatasi.
Terlebih lagi penderita yang terdampak virus corona tidak langsung menunjukkan
ciri dan gejala penyakit Covid-19, tetapi membutuhkan beberapa waktu hingga 14
hari untuk mengenali seseorang yang
terkena virus corona. Masa inkubasi virus
ini belum diketahui secara pasti. Namun, rata-rata gejala timbul setelah 2-14
hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, metode
transmisi Covid-19 juga belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu,
aktivitas yang melibatkan banyak orang harus dibatasi karena gejala penyakit
Covid-19 ini tidak langsung tampak kepada penderita (Fadli, 2020).
Akibat dari pandemi ini
menyebabkan aktivitas manusia harus dikurangi supaya mencegah penularan virus
yang semakin banyak. Hal itu diwujudkan dengan diterapkan beberapa kebijakan
oleh pemerintah seperti Lockdown, Work
From Home (WFH), pembelajaran berbasis online
(e-learning) bagi pelajar, dan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan diterapkannya beberapa
kebijakan tersebut, segala kegiatan manusia kini berpusat pada lingkungan rumah.
Dampak yang ditimbulkan
akibat diterapkannya kebijakan yang mengharuskan orang-orang di rumah saja
memiliki pengaruh positif terhadap lingkungan hidup. Adanya pandemi Covid-19
membuat orang-orang tinggal menetap di rumahnya masing-masing dan mengurangi
kegiatan yang mengharuskan berada di luar rumah. Hal itu menyebabkan menurunnya
kegiatan transportasi yang secara langsung juga menurunkan tingkat polusi udara
di lingkungan sekitar.
Laporan pantauan satelit
menggunakan Tropospheric Monitoring
Instruments (TROPOMI) oleh ESA dan terkonfirmasi sama dengan Ozone Monitoring Instrument (OMI) milik
NASA, menunjukkan bahwa kebijakan karantina ketat telah berhasil menurunkan
tingkat emisi NO2 sebesar 30% dan menurunkan tingkat emisi CO2
25 % dan 6 % di seluruh dunia. NO2 dan CO2 adalah
golongan gas pemicu polusi udara yang umum sebagai gas emisi hasil dari kegiatan
industri (Dutheil dalam Rifa’i dkk, 2020).
Kondisi lingkungan yang
membaik selama masa pandemi harus dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan lagi
kesadaran kita terhadap lingkungan sekitar. Salah satu yang bisa dilakukan
adalah dengan berkebun di halaman sekitar rumah. Kegiatan berkebun yang
dilakukan di halaman rumah dapat membuat penghijauan berskala rumahan. Selain
itu juga dapat mengisi kekosongan dan rasa bosan akibat terlalu lama
menghabiskan waktu di rumah.
Selama di rumah saja banyak
yang merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa. Rasa bosan dan jenuh selama
di rumah dapat mengganggu kesehatan jiwa manusia karena dapat menyebabkan stres.
Banyak kalangan mulai dari anak kecil sampai orang tua merasakan hal ini,
terutama yang rutinitas kesehariannya cukup padat di luaran sana. Terlebih lagi
para siswa dan mahasiswa yang memiliki banyak tugas pasti mengalami tekanan
selagi proses pembelajaran dilakukan secara online.
Oleh karena itu, diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengisi waktu luang
lagi produktif selama di rumah seperti berkebun.
Berkebun adalah kegiatan
yang menyenangkan yang dapat dilakukan di rumah. Kegiatan ini dapat melibatkan
seluruh anggota keluarga untuk bercocok tanam di kebun yang dibuat pada halaman
rumah. Ada banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di halaman mulai dari sayur-sayuran
sampai buah-buahan dapat ditanam untuk mengisi kegabutan yang hadir di
keseharian keluarga selama pandemi Covid-19. Tanaman-tanaman yang dapat ditanam
di kebun pada halaman rumah bisa mengambil biji pada buah sayuran yang dikonsumsi
setiap hari, seperti cabai rawit, tomat, dan terong. Biji tanaman tersebut
dapat dijadikan bibit untuk ditanam di pekarangan rumah.
Apabila kondisi halaman
rumah terbatas dan sempit, bisa dilakukan dengan menggunakan konsep hidroponik,
veltikultur, aeroponik, dan tabulampot (dlh.semarangkota.go.id, 2020). Pot yang
digunakan tidak harus dibeli karena dapat menggunakan barang bekas untuk
dijadikan sebagai wadah untuk menanam biji tanaman yang dijadikan sebagai bibit.
Adapun wadah bekas yang dapat digunakan
seperti tempat plastik bekas yang dapat dijadikan sebagai tempat penyemaian
bibit. Setelah bibit disemai dan terus mengalami pertumbuhan. Maka biji dapat
dipindahkan ke wadah yang lebih besar lagi seperti gelas bekas minuman. Setelah
tanaman cukup besar dapat dipindahkan ke wadah yang lebih besar seperti kantong,
polybag, atau ember bekas. Tidak
berhenti pada proses penanaman saja dan penggantian wadah. Tetapi juga perlu
diperhatikan proses pemeliharaan berupa penyiraman dan pemupukan.
Bahan-bahan yang ada di
dapur dapat dimanfaatkan seperti sampah potongan sayur, nasi busuk, dan ampas
teh jika dibuang di tanah dapat dijadikan sebagai pupuk. Bahan organik tersebut
juga dapat diolah menjadi pupuk organik cair menggunakan tong komposter. Proses komposting pada tong komposter adalah proses dekomposisi secara
biologis oleh konsorsium
mikroorganisme. Proses
pengelolaan sampah organik menjadi pupuk
organik cair ini,
selain mengatasi masalah sampah
juga dapat mengatasi
masalah defisiensi bahan organik
tanah. Berbagai kegiatan
berkebun tersebut memanfaatkan prinsip ramah lingkungan dalam proses
penerapannya (Sahwan dalam Bekti dkk, 2019).
Kegiatan berkebun yang
dilakukan di rumah dengan menggunakan
barang-barang bekas dan juga bahan-bahan yang akan dibuang menunjukkan sifat
ramah lingkungan. Melalui kegiatan berkebun selama di rumah saja kita sudah
turut menjaga lingkungan kita dengan memanfaatkan barang-barang bekas dalam
proses berkebun. Selain itu juga karena tanaman yang ditanam mampu membuat
lingkungan lebih hijau dan membuat udara di sekitarnya menjadi lebih segar.
Berkebun yang dilakukan
selama di rumah saja selama pandemi Covid-19 dapat dimanfaatkan sebagai usaha melakukan
penghijauan berskala rumahan. Hal itu penting dilakukan untuk lebih
memperhatikan kondisi lingkungan yang ada di sekitar kita. Apabila ditinjau dari
aspek ekologi, kegiatan berkebun yang termasuk ke dalam pertanian perkotaan
dapat memberikan manfaat yaitu (1) konservasi sumber daya tanah dan air, (2)
memperbaiki kualitas udara, (3) menciptakan iklim mikro yang sehat, dan (4)
memberikan keindahan karena pertanian perkotaan sangat memperhatikan estetika
(Blyth dalam Fauzi dkk, 2016).
Sikap peduli terhadap
lingkungan perlu ditumbuhkan sejak dini karena kita hidup di lingkungan dan berdampingan
dengan alam. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjaganya. Lingkungan
hidup juga menjadi penentu kualitas kesehatan manusia. WHO mengembangkan sebuah
instrumen untuk mengukur kualitas hidup seseorang dari 4 aspek yaitu kesehatan
fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Salah satu faktor kesehatan yang
dapat ditunjang oleh kondisi lingkungan hidup yang baik adalah dapat menurunkan
tingkat stres (Habibullah, 2018).
Stres dapat terjadi salah satunya
diakibatkan karena rasa bosan dan jenuh yang melanda ketika tidak memiliki
kegiatan. Apalagi di kondisi sekarang ini yang tengah dilanda pandemi Covid-19.
Oleh sebab itu, kita harus mencari kegiatan yang bermanfaat lagi produktif
selama pandemi ini seperti berkebun. Menurut Kumar (Habibullah, 2020) manfaat
berkebun terhadap kesehatan, yaitu meningkatkan kebugaran, meningkatkan
kreativitas, menjadikan pikiran rileks, mengurangi stres, dan meningkatkan
sirkulasi darah. Berkebun merupakan kegiatan yang memiliki produktivitas karena
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi dan juga memiliki dampak estetika
ketika kegiatan berkebun ditata dengan rapi.
Hasil dari berkebun yang
dilakukan selama di rumah saja dapat dikonsumsi karena konsep berkebun yang
dilakukan juga ramah lingkungan dan menggunakan pupuk organik. Apalagi tanaman
yang ditanam saat berkebun seperti sayur-sayuran seperti cabai rawit, tomat, dan
terong. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Sylvia Sjam, Guru Besar Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, melihat tren berkebun di halaman rumah sebagai hal yang
positif di masa pandemi Covid-19. Menurutnya, berkebun di pekarangan bisa
menjadi solusi pangan keluarga, apalagi dengan susahnya memperoleh sayuran yang
sehat dan terasa aman dalam konsumsinya (Chandra, 2020).
Gerakan berkebun ramah
lingkungan berskala rumahan yang dilakukan selama pandemi Covid-19 dapat
meningkatkan produktivitas kita. Selain itu, dapat menjadi kegiatan yang
bermanfaat karena dapat mengisi waktu luang sehingga menghindarkan kita dari
stres akibat rasa bosan dan jenuh. Serta bersifat ramah lingkungan dan edukatif
karena memanfaatkan barang-barang bekas serta bahan organik. Ayo jaga
lingkungan kita dimulai dari kebun halaman rumah sendiri, bukan seberapa banyak
yang telah kita lakukan, tapi bagaimana usaha dan kepedulian kita dalam menjaga
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bekti,
S., dkk. 2019. Kegiatan Pengelolaan Sampah Dan
Penghijauan Oleh Dasa Wisma Azalea Rt 3 Rw 16 Desa Mangliawan kecamatan Pakis
Kabupaten Malang. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. 3(2): 64-74.
Chandra, W.
2020. Berkebun di Pekarangan Rumah Sendiri, Solusi Pangan di Masa
Pandemi. URL: https://www.mongabay.co.id/2020/05/09/berkebun-di-pekarangan-rumah-sendiri-solusi-pangan-di-masa-pandemi/. Diakses tanggal 27
Mei 2020.
dlh.semarangkota.go.id.
2020. 4 Cara Memanfaatkan Lahan Sempit Kota Untuk
Berkebun Paling Efektif. URL: https://dlh.semarangkota.go.id/4-cara-memanfaatkan-lahan-sempit-kota-untuk-berkebun-paling-efektif/. Diakses tanggal 27
Mei 2020.
Fadli,R.2020.Coronavirus.URL:https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus. Diakses tanggal 21
Mei 2020.
Fauzi,
AR., dkk. 2016. Pertanian Perkotaan : Urgensi, Peranan, Dan Praktik Terbaik. Jurnal Agroteknologi. 10(1): 49-62.
Friana,
H. 2020. WHO Umumkan Corona
COVID-19 Sebagai Pandemi. URL:
https://tirto.id/who-umumkan-corona-covid-19-sebagai-pandemi-eEvE. Diakses tanggal 21
Mei 2020.
Habibullah,
M. 2018. Pengaruh Penerapan Terapi Modalitas Berkebun Terhadap Kualitas Hidup
Lansia Hipertensi Di Posyandu Desa Pelem Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Magetan. Skripsi. Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Rifa’i,
I, dkk. 2020. Dampak dan Pencegahan Wabah Covid-19 : Perspektif Sains dan Islam.
URL: http://digilib.uinsgd.ac.id/30549/. Diakses tanggal 25
Mei 2020.
Shereen, M., dkk. 2020. Covid-19 Infection: Origin,
Transmission and Characteristics of Human Coronaviruses. Journal of Advanced Research: Elsevier.
Tingkatkan👏
BalasHapusSiap kak
HapusMantappp....bagi bibitnya dong
BalasHapusBibit apa dimaui?
Hapus