Kontroversi Bentuk Bumi Datar atau Bulat Menurut Pandangan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belum
lama ini perdebatan tentang bentuk bumi ramai dibicarakan. Bentuk bumi bulat
yang selama ini diketahui dan dipelajari sejak kecil disanggah oleh sekelompok
orang yang mengatakan bahwa bentuk bumi ini sebenarnya datar seperti apa yang
terlihat. Kelompok orang tersebut terkenal dengan sebutan Flat Earth Society yang memiliki banyak pengikut, bukan hanya di
Indonesia tapi telah merambah ke masyarakat dunia.
Organisasi modern Flat Earth didirikan oleh seorang pria asal Inggris, Samuel
Shenton pada 1956, dan kemudian dipimpin oleh Charles K. Johnson, yang
menjadikan rumahnya di Lancaster, California, sebagai basis organisasi.
Organisasi ini tidak lagi aktif semenjak kematian Johnson pada 2001, namun
baru-baru ini organisasi Flat Earth Society dimunculkan kembali oleh presiden
barunya, Daniel Shenton. Asal Mula Bumi Datar Kepercayaan bahwa Bumi berbentuk
datar merupakan ciri khas kosmologi kuno sampai sekitar abad keempat SM, ketika
para filsuf Yunani kuno mulai berpendapat bahwa Bumi berbentuk bulat. Aristoteles
adalah salah satu pemikir pertama yang mengajukan pendapat tentang Bumi bulat
pada 330 SM.
Hipotesis modern yang mendukung teori Bumi datar
dicetuskan oleh seorang penemu asal inggris, Samuel Rowbotham (1816–1884)
berdasarkan penafsirannya
mengenai ayat-ayat tertentu di Alkitab. Berdasarkan sistem Rowbotham, yang dia sebut
“Astronomi Zetetis”, William Carpenter yang meneruskan hasil kerjanya,
memperoleh perhatian publik dengan melakukan debat publik melawan para ilmuwan
ternama. Salah satu debatnya, melibatkan naturalis terkemuka Alfred Russel
Wallace
(101KFE.ID. 2016).
Selama bertahun-tahun, yang percaya semakin tumbuh dan
menyebar, akhirnya mengumpulkan anggota sekitar 3.500 flat earthers di tahun
1990-an. Di tahun 2004, Flat Earth Society kembali menjadi
forum tanya jawab dan wadah di mana mereka mengumpulkan teori dan bukti bumi
datar.Secara kebetulan, di tahun yang sama Facebook hadir di dunia
perinternetan. YouTube diluncurkan setahun kemudian menyusul di belakangnya,
Twitter. Flat Earth Society memiliki
situs web sendiri pada tahun 2009, dan media sosial sudah mulai mendominasi.
Media sosial pun
mempopulerkan Flat Earth ke netizen yang lebih luas. Meski berulang kali
dibantah para ilmuwan, komunitas ini selalu bergeming
(Kamaliah,
2019).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
bentuk bumi (datar atau bulat) menurut kajian Al-Qur’an?
2. Bagaimana
pandangan ulama tentang kontroversi bentuk bumi datar atau bulat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
bentuk bumi (datar atau bulat) menurut kajian Al-Qur’an.
2. Mengetahui
pandangan ulama tentang kontroversi bentuk bumi datar atau bulat.
D. Manfaat Penulisan
1. Memahami
sejarah perkembangan bentuk bumi
2. Membandingkan
pendapat tokoh-tokoh tentang bentuk bumi
3. Melatih
menyatukan pendapat agama dan pemahaman secara logika/sains mengenai bentuk
bumi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klaim Ijma Bumi Itu Bulat
Perlu diketahui bahwa ada klaim ijma’ dari
sebagian ulama bahwa bumi itu bulat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata,
وقال
الإمام أبو الحسين أحمد بن جعفر بن المنادي من أعيان العلماء المشهورين بمعرفة
الآثار والتصانيف الكبار في فنون العلوم الدينية من الطبقة الثانية من أصحاب أحمد
: لا خلاف بين العلماء أن السماء على مثال الكرة ……
قال :
وكذلك أجمعوا على أن الأرض بجميع حركاتها من البر والبحر مثل الكرة . قال : ويدل
عليه أن الشمس والقمر والكواكب لا يوجد طلوعها وغروبها على جميع من في نواحي الأرض
في وقت واحد ، بل على المشرق قبل المغرب
“Telah berkata Imam Abul Husain Ibnul Munadi rahimahullah
termasuk ulama terkenal dalam pengetahuannya terhadap atsar-atsar dan
kitab-kitab besar pada cabang-cabang ilmu agama, yang termasuk dalam
thabaqah/tingkatan kedua ulama dari pengikut imam Ahmad: “Tidak ada
perselisihan di antara para ulama bahwa langit itu seperti bola
Beliau juga berkata: “Demikian pula mereka
telah bersepakat bahwa bumi ini dengan seluruh pergerakannya baik itu di
daratan maupun lautan, seperti bola.
Beliau berkata lagi: “Dalilnya adalah matahari
, bulan dan bintang-bintang tidak terbit dan tenggelam pada semua penjuru bumi
dalam satu waktu, akan tetapi terbit di timur dahulu sebelum terbit di barat”.
Demikian
juga Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
أن أحد
من أئمة المسلمين المستحقين لإسم الإمامة بالعلم رضي الله عنهم لم ينكروا تكوير
الأرض ولا يحفظ لأحد منهم في دفعه كلمة بل البراهين من القرآن والسنة قد جاءت
بتكويرها
“Para
Imam kaum muslimin yang berhak mendapar gelar imam radhiallahu anhum tidak
mengingkari bahwa bumi itu bulat. Tidak pula diketahui dari mereka yang
membantah sama sekali, bahkan bukti-bukti dari Al-Quran dan Sunnah membuktikan
bahwa bumi itu bulat”.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
في كون
الأفلاك كروية الشكل والأرض كذلك وأن نور القمر مستفاد من نور الشمس وأن الكسوف
القمرى عبارة عن انمحاء ضوء القمر بتوسط الأرض بينه وبين الشمس
“Bahkan alam semesta dan bumi betuknya adalah bola, demikian
juga penjelasan bahwa cahaya bulan berasal dari pantulan sinar matahari dan
gerhana bulan terjadi karena cahaya bulan terhalang oleh bumi yang terletak
antara bulan dan matahari”.
Demikian juga pendapat bahwa beberapa ulama
kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin dan ulama lainnya.
B. Pendapat Ulama tentang Bumi Datar
Perlu diketahui juga bawa ada beberapa ulama
ada yang menafikan bahwa bumi itu bulat seperti Al-Qahthaniy Al-Andalusy dalam
kitab Nuniyah-nya,
كذب
المهندس والمنجم مثله … فهما لعلم الله مدعيان
الأرض
عند كليهما كروية … وهما بهذا القول مقترنان
والأرض
عند أولي النهى لسطيحة … بدليل صدق واضح القرآن
“Telah berbohong ilmuan dan astronom yang semisal … mereka
mengklaim atas ilmu Allah”
“Bumi
menurut mereka bulat … mereka bergandengan dengan pendapat ini”
“Bumi
menurut ahli ilmu agama adalah datar … dengan dalil yang jelas dari Al-Quran”.
Demikian juga dalam Tafsir Jalalain, ketika
menafsirkan ayat
وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20).
Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ)
“sutihat” menunjukkan bumi itu (سطحية) “sathiyyah” yaitu bulat, dalam tafsir
dijelaskan,
“Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa
bumi itu datar dan dijelaskan oleh ulama, bukan bulat sebagaimana dikatakan
oleh ahli astronom”.
Demikian juga Al-Qurthubi dalam tafsirnya,
membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,
وَالْأَرْضَ
مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ
شَيْءٍ مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”
(Al-Hijr: 19).
Beliau Al-Qurthubi berkata,
وهو يرد
على من زعم أنها كالكرة
“Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka bahwa bumi itu
seperti bola”.
Dari sini kita ketahui bahwa ada ulama yang
menyelisihi klaim ijma’ yang disebutkan di atas.
C. Perdebatan Bentuk Bumi
Dalil-dalil yang digunakan kedua pendapat, dari
Al-Quran dan As Sunnah Masing-masing pendapat yang ada berdalil dengan Al Quran
dan Sunnah dan saling membantah. Jika membahas dalil-dalil mereka maka cukup
panjang, maka kita beri beberapa contoh saja:
1) Dalil
bahwa bumi itu bulat menurut pro bumi bulat, surat Az Zumar ayat 5
Allah
berfirman,
يُكَوِّرُ
اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ
“Dia menutupkan/menggilirkan (takwrir) malam atas siang dan
menutupkan/menggilirkan siang atas malam” (Az-Zumar : 5).
Pro bumi bulat berkata bahwa takwir itu bermakna
lingkaran atau melingkari, misalnya melingkari penutup kepala imamah, karenanya
bumi itu bulat-bola bergantian siang dan malam.
Pro bumi datar membantah bahwa justru itu dalil
bahwa bumi itu datar dan berbentuk lingkaran (piring bulat), matahari dan bulan
berputar melingkar di atas bumi dan menggantikan siang dan malam.
2) Dalil
bumi itu datar menurut pro bumi datar, surat At Thur ayat 6
Yaitu posisi baitul makmur (ka’bah penduduk
langit) yang berada tepat sejajar di atas ka’bah dunia di Mekkah
وَالْبَيْتِ
الْمَعْمُورِْ وَالسَّقْفِ الْمَرْفُوعِْ . وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ
“dan demi Baitul Ma’mur , dan atap yang ditinggikan (langit),
dan laut yang di dalam tanahnya ada api,” (QS. At-Thur: 4-6)
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
” والبيت
المعمور “، بكثرة الغاشية والأهل، وهو بيت في السماء حذاء العرش بحيال الكعبة
“Baitul
Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar
‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah bumi” 7.
Pro bumi datar berkata: “Bagaimana mungkin bumi
bulat-bola dan berputar kemudian baitul makmur sejajar dengan baitullah di
Mekkah, bagaimana bisa sejajar kalau bumi-bulat berputar? berarti baitul makmur
mutar-mutar di atas langit ikut bumi? Ini tidak masuk akal. Kalau bumi datar
maka masuk akal jika sejajar”.
Pro bumi bulat membantah: “bisa jadi, ini hal
ghaib yang tidak bisa masuk akal manusia, banyak hal ghaib yang tidak masuk
akal kita sekarang, seperti di hari kiamat ada yang berjalan dengan wajahnya
dalam Al-Quran. Orang dahulu tidak masuk akal jika ada yang bisa pergi ke
tempat yang jauh dalam semalam saja, di zaman sekarang bisa saja dengan pesawat
super cepat”.
3) Dalil
bumi datar menurut pro bumi datar, surat Al Ghasyiyah ayat 20
Ayat yang menjelaskan bahwa bumi itu
dihamparkan. Allah berfirman,
وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan
(apakah manusia tidak mau memikirkan) bagaimana bumi itu dihamparkan?”
(Al-Ghasyiyah: 20).
Pro-datar berkata: “ini sangat jelas mengatakan
bumi dihamparkan, menghamparkan permadani misalnya, tentu pada benda yang
datar”.
Pro-bulat membantah: “silahkan lihat penjelasan
ulama semisal syaikh Al-Utsaimin8 dan fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah9 yang
menjelaskan bahwa bumi itu datar bagi pandangan manusia dari bumi, sedangkan
bentuk sebenarnya adalah bulat-bola”.
4) Dalil bumi bulat menurut pro bumi bulat,
klaim ijma’ dari Syaikhul Islam, Ibnu Hazm dan beberapa ulama lain.
Namun klaim ijma’ ini perlu dikritik karena
adanya pendapat lain dari ulama terdahulu seperti Al Qurthuby dan penulis
Tafsir Jalalain yang telah di sebutkan di atas.
Sebenarnya masih banyak lagi dalil-dalil
lainnya yang menjadi pembahasan dua kubu dan kita cukupkan saja contohnya
sebagaimana di atas.
Tidak ada dalil yang tegas menyatakan bahwa
bumi bulat atau datar. Setelah kita melihat pendalilan dua kelompok yang
berbeda pendapat, maka kita dapatkan dalam satu dalil yang sama, bisa mereka
gunakan untuk mendukung pendapat mereka masing-masing yang bertentangan padahal
dalilnya sama. Memang dalam Al-Quran dan Sunnah tidak didapatkan dalil yang
tegas dan jelas mengenai hal ini yang menyebut dengan tegas “bumi bulat-bola”
atau “bumi datar”.
Kita bisa lihat yang pro-bulat menggunakan
penjelasan syaikh Al-‘Utsaimin mengatakan bahwa bumi itu bulat dengan dalil dan
penjelasan oleh Syaikh. Akan tetapi di sisi lain, Syaikh Al-Ustaimin dan juga
Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa bumi adalah pusat tata surya dan tidak
berputar sedangkan matahari yang mengelilingi bumi. Tentu ini bertentangan
dengan sebagian orang yang pro bumi bulat, yang mereka menyakini bahwa bumi itu
bulat dan mengelilingi matahari.
Tentunya Syaikh Al-‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baz
berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi dengan penjelasan dalil dalam
Al-Quran dan Sunnah. Syaikh Utsaimin menjelaskan,
أما
رأينا حول دوران الشمس على الأرض الذي يحصل به تعاقب الليل والنهار، فإننا مستمسكون
بظاهر الكتاب والسنة من أن الشمس تدور على الأرض دورانا
“Pendapat kami, matahari yang mengelilingi bumi sehingga terjadi
pergantian siang dan malam, kami berpegang teguh dengan dzahir Al-Quran dan
Sunnah bahwa matahari itu yang benar-benar mengelilingi bumi”10.
Syaikh Bin Baz juga menafikan bahwa bumi
berputar (berarti matahari yang berputar mengelilingi agar terjadi siang dan
malam), beliau berkata,
أما
دورانها فقد أنكرته وبيَّنتُ الأدلة على بطلانه
“Adapun perputaran bumi maka aku ingkari dan aku telah jelaskan
dalil tidak benarnya (perputaran bumi)”.
Dalil yang mereka gunakan untuk pernyataan
“matahari mengelilingi bumi” juga banyak, salah satunya yang menurut mereka
cukup jelas bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, yaitu hadits riwayat
Bukhari dan Muslim bahwa matahari bergerak di peredarannya dan tatkala sampai
di bawah Arsy maka matahari bersujud.
عَنْ
أَبِيْ ذَرٍّ أَنَّ اْلنَّبِيَّ قَالَ يَوْمًا : أَتَدْرُوْنَ أَيْنَ تَذْهَبُ
هَذِهِ اْلشَّمْسُ؟ قَالُوْا: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ
تَجْرِيْ حَتىَّ تَنْتَهِيَ إِلىَ مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ اْلعَرْشِ, فَتَخِرَّ
سَاجِدَةً, فَلاَ تَزَالُ كَذَالِكَ حَتىَّ يُقَالَ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ,
اِرْجِعِيْ مِنْ حَيْثُ جِئْتِ فَتَرْجِعُ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ
مَطْلِعِهَا, ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُهَا اْلنَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا
حَتىَّ تَنْتَهِيَ عَلىَ مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ اْلعَرْشِ فَيُقَالُ لَهَا:
اِرْتَفِعِيْ, أَصْبِحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ
مَغْرِبِِهَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: أَتَدْرُوْنَ مَتىَ ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ
(لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ ءَامَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ
كَسَبَتْ فِيْ إِيْمَانِهَا خَيْرًا) (الأنعام: 158)
Dari Abu Dzar
bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “Tahukah kalian ke manakah matahari ini pergi?” Mereka berkata,
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari
ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia
bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya:
‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan
terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat
peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu
sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau
datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian
berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga
sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dikatakan padanya:
‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tahukah
kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman
seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum
mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”.
Akan tetapi yang mengatakan bahwa “bumi
mengelilingi matahari” bisa membantah juga: matahari itu memang bergerak dan
mengelilingi pusat tata surya. Mereka berpegangan pada fatwa ulama yaitu Syaikh
Al-Albani yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau pun membawakan
dalil dan penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:
نحن في
الحقيقة لا نشك في أن قضية دوران الأرض حقيقة علمية لا تقبل جدلا
“Kami sejatinya tidak ragu bahwa perputaran bumi merupakan fakta
yang ilmiah dan tidak bisa dibantah”.
Demikianlah, kesimpulannya mengenai apakah bumi
datar atau bulat-bola, maka tidak kita dapatkan dalil yang tegas menyebutkan
“bumi itu bulat” atau “bumi itu datar”.
D. Jawaban dari Perdebatan Bentuk Bumi (Datar atau
Bulat)
Yang benar adalah sesuai dengan penelitian dan
fakta ilmiah ilmu dunia. Apakah bumi datar atau bulat maka kita kembalikan lagi
kepada penelitian dan fakta ilmiah. Hal ini dicerminkan dari sikap Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua ilmu yaitu
fakta ilmu dunia (yang menurut beliau benar) dan “yang tersirat” dalam Al-Quran
dan Sunnah.
Simak tanya jawab beliau dan kehati-hatian
beliau dalam berfatwa,
سؤال من
مسلم بريطاني / هل في رأيكم أن العالم كروي أو مستقيم ؟
ج الشيخ
: هذا السؤال جغرافي وإلا ديني ؟
س /
كلاهما
ج الشيخ
: كروي
س / هل
أخطأ ابن باز حينما قال انها مستقيمة
ج الشيخ
/ مستقيمة أو مسطحة ؟
س /
مسطحة
ج الشيخ
/ ليت أن الخطأ وقف عند المسألة الجغرافية
Pertanyaan
untuk syaikh Al-Albani dari seorang muslim di Inggris:
Penyana:
Apa pendapatmu, apakah bumi itu bulat atau datar?
Syaikh:
Apakah ini pertanyaan geografi atau pertanyaan agama?
Penyanya:
Keduanya
Syaikh:
Bumi itu bulat-bola
Penanya:
Jika demikian syaikh Bin Baz salah mengatakan bumi lurus (ingat ada klarifikasi
bahwa syaikh Bin Baz mengatakan bumi itu bulat, pent)
Syaikh:
Lurus atau datar?
Penanya:
Datar
Syaikh:
Saya berharap itu adalah kesalahan geografi (Syaikh Al-Albani yakin Syaikh bin
Baz cerdas masalah agama sehingga, sehingga beliau berharap Syaikh bin Baz
menjawab dengan pengetahuan beliau dari ilmu geografi.
Dari
tanya jawab ini kita dapat dua pelajaran penting:
Pertama:
Syaikh Al-Albani sangat hati-hati berfatwa sehingga beliau bertanya apakah bumi
bulat atau datar tersebut, apakah ditinjau dari segi ilmu agama atau ilmu
geografi dan penanya menjawab “keduanya”. Maka syaikh Al-Albani menjawab bahwa
bumi itu bulat, karena ditinjau dari ilmu geografi beliau bahwa bumi itu bulat,
sedangkan dari ilmu agama, beliau lebih condong dengan dalil yang tersirat
(bukan dalil tegas), karena tidak ada dalil yang tegas bahwa bumi itu bulat
Beliau menjelaskan setelah tanya jawab tadi
bahwa tidak ada dalil tegasnya, beliau berkata,
ليس هناك
نص قاطع يؤيد أحد الوجهين المختلفين …بعض الآيات من القرآن الكريم التي تتعلق بهذا
الموضوع يمكن أن يفهم منها ثبات الأرض وسطحيتها ، والبعض الآخر يمكن أن يفهم منها
حركتها ودورانها
“Tidak ada dalil tegas yang mendukung dua pendapat yang berbeda
ini… sebagian ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hal ini bisa jadi dipahami
bahwa bumi itu tetap dan datar dan sebagian ayat lainnya bisa saja dipahami
bumi bergerak dan berputar.”
Bahkan beliau menegaskan selanjutnya,
permasalahan bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan aqidah, beliau
berkata
ولهذا
قلنا أن هذه ليست مسألة اعتقادية
“Karenanya kami katakan bawa masalah ini bukanlah masalah
i’tiqadiyah”.
Tentunya jika memang masalah aqidah tentu sudah
dibahas dan menjadi penekanan utama oleh banyak ulama dalam berbagai kitab
mereka.
Kedua:
Lihat sikap Syaikh Al-Albani yang bersebrangan dengan Syaikh Bin Baz, beliau
sangat berharap Syaikh Bin Baz hanya salah dalam ilmu geografi saja dan ini
wajar karena Syaikh Bin Baz bukan ahli geografi dan hanya ikut saja dari apa
info yang sampai ke beliau.
Patut direnungi oleh sebagian kecil saudara
kita muslim yang mungkin saling berdebat apakah bumi itu bulat atau datar
sampai tahap mencela, menyindir dan sampai bermusuhan dalam masalah ini,
padahal mereka bersaudara dalam Islam dan yang lebih penting hal ini bukanlah
permasalahan aqidah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat
perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai bentuk bumi, apakah berbentuk
bulat atau datar. Namun, menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua ilmu yaitu fakta ilmu dunia (yang
menurut beliau benar) dan “yang tersirat” dalam Al-Quran dan Sunnah. Syaikh
Al-Albani menjawab bahwa bumi itu bulat, karena ditinjau dari ilmu geografi
beliau bahwa bumi itu bulat, sedangkan dari ilmu agama, beliau lebih condong
dengan dalil yang tersirat (bukan dalil tegas), karena tidak ada dalil yang
tegas bahwa bumi itu bulat. Bahkan beliau menegaskan selanjutnya, permasalahan
bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan aqidah.
B. Saran
1. Perbedaan
pendapat mengenai bentuk bumi tidak boleh sampai menimbulkan perpecahan.
2. Kita
harus saling menghargai perbedaan pendapat yang ada.
3. Kita
harus memahami bahwa perkara bentuk bumi bukanlah persoalan aqidah.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamaliah, A.
2019. Asal Mula Kaum Bumi Datar. URL:
https://m.detik.com/inet/science/d-4743007/asal-mula-kaum-bumi-datar. Diakses
tanggal 30 Maret 2020.
101KFE.ID. 2016.
Asal Usul Pendiri Flat Earth atau Bumi Datar. URL:
https://101kfe.id/asal-usul-pendiri-flat-earth-atau-bumi-datar/ | 101 Kesalahan
Flat Earth Indonesia | Debunking Flat Earth. Diakses tanggal 30 Maret 2020.
Bahraen, R. 2016. Apakah Bumi Bulat Bola Atau Datar Menurut Pandangan Syariat?URL:content://com.sec.android.app.sbrowser/readinglist/0402094026.mhtml. Diakses tanggal 3 April 2020.
Mantap dek
BalasHapusMantap dek
BalasHapus